top of page

Rekomendasi Novel yang Cocok Dibaca untuk Rayakan Hari Perempuan Sedunia

  • Writer: Journalist MAN 4 Jakarta
    Journalist MAN 4 Jakarta
  • Mar 23, 2021
  • 4 min read


Tanggal 8 Maret lalu diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day. Pada hari ini banyak kelompok di berbagai belahan dunia yang mengampanyekan tentang pentingnya emansipasi perempuan dan kesetaraan gender.

Walaupun International Women’s Day ini sudah berlalu, kamu masih bisa merayakannya, salah satunya dengan membaca buku yang mengangkat tema tentang perempuan. Penasaran judul apa saja? Yuk, simak rekomendasi 4 novel inspiratif yang menarik untuk dibaca dalam suasana peringatan Hari Perempuan Sedunia berikut!


1. Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 – Cho Nam-Joo


“Kim Ji-yeong adalah anak perempuan yang terlahir dalam keluarga yang mengharapkan anak laki-laki, yang menjadi bulan-bulanan para guru pria di sekolah, dan yang disalahkan ayahnya ketika ia diganggu anak laki-laki dalam perjalanan pulang dari sekolah di malam hari.

Kim Ji-yeong adalah mahasiswi yang tidak pernah direkomendasikan dosen untuk pekerjaan magang di perusahaan ternama, karyawan teladan yang tidak pernah mendapat promosi, dan istri yang melepaskan karier serta kebebasannya demi mengasuh anak.

Kim Ji-yeong, adalah novel sensasional dari Korea Selatan yang ramai dibicarakan di seluruh dunia. Novel ini kabarnya menjadi novel yang sensasional karena mengangkat isu misoginis, patriarki, dan kesetaraan gender. Kisah kehidupan seorang wanita muda yang terlahir di akhir abad ke-20 ini membangkitkan pertanyaan-pertanyaan tentang praktik misoginis dan penindasan institusional yang relevan bagi kita semua.”

Ji-yeong dalam novel Kim Ji-yeong, Lahir Tahun 1982 (Kim Ji-yeong Born 1982) adalah representasi perempuan-perempuan di berbagai belahan dunia yang setiap harinya menerima ketidakadilan, bahkan di zaman yang telah modern. Kemungkinan besar setiap perempuan juga pernah merasakan semua hal yang dialami Kim Ji-yeong. Novel ini tak hanya membuka mata kita mengenai masalah-masalah yang masih ada dan nyata dihadapi oleh kaum perempuan, melainkan juga menggugah kita untuk mengambil sikap, meningkatkan kesadaran, dan sama-sama berjuang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

"Tidak ada yang bisa berbicara mewakili kita untuk selama-selamanya, apakah Kim Ji-Yeong mampu menemukan kembali suaranya yang hilang? Jelas sekali solusinya tidak akan ditemukan oleh Kim Ji-Yeong sendiri. Para pembaca buku ini harus bersama-sama mencari jawabannya. Karena kita semua adalah Kim Ji-Yeong.” - Kim Jiyeong Lahir Tahun 1982

2. Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam – Dian Purnomo



“Magi Diela diculik dan dijinakkan seperti binatang. Sirna sudah impiannya membangun Sumba. Kini dia harus melawan orangtua, seisi kampung, dan adat yang ingin merebut kemerdekaannya sebagai perempuan. Ketika budaya memenjarakan hati Magi yang meronta, dia harus memilih sendiri nerakanya: meninggalkan orangtua dan tanah kelahirannya, menyerahkan diri kepada si mata keranjang, atau mencurangi kematiannya sendiri.”

Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam bercerita tentang Magi Diela, perempuan berpendidikan dengan masa depan cerah dan impian yang mulia. Namun semuanya hancur begitu saja saat Magi menjadi korban Yappa Mawine atau kawin tangkap, salah satu praktik adat di Sumba. Novel ini adalah perjuangan Magi Diela dalam merebut kembali hak-hak, kebebasan dan kemerdekaannya. Meski perjuangan itu pahit, getir, dan amat menyiksa baik dari segi fisik maupun mental.

Walaupun hingga kini topik adat masih menjadi isu sensitif di Indonesia, novel ini berhasil menyajikan kisah yang berani. Novel ini mengajak kita mempertimbangkan kembali, mana adat yang harus dijaga dan dimuliakan, dan mana adat yang perlu dikaji lagi relevansinya. Salah satunya dalam kisah ini, praktik pemerkosaan dan penculikan yang dijustifikasi atas nama adat istiadat, yang jelas-jelas melanggar norma-norma kemanusiaan, apakah masih pantas dimuliakan?

“Menyerah pada paksaan sama dengan membiarkan kemerdekaan dirampas, membiarkan tubuh dimiliki orang lain dan diperkosa setiap hari." - Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam.

3. Entrok – Okky Madasari



"Marni, perempuan Jawa buta huruf yang masih memuja leluhur. Melalui sesajen dia menemukan dewa-dewanya, memanjatkan harapannya. Tak pernah dia mengenal Tuhan yang datang dari negeri nun jauh di sana. Dengan caranya sendiri dia mempertahankan hidup. Menukar keringat dengan sepeser demi sepeser uang. Adakah yang salah selama dia tidak mencuri, menipu, atau membunuh?

Rahayu, anak Marni. Generasi baru yang dibentuk oleh sekolah dan berbagai kemudahan hidup. Pemeluk agama Tuhan yang taat. Penjunjung akal sehat. Berdiri tegak melawan leluhur, sekalipun ibu kandungnya sendiri.

Adakah yang salah jika mereka berbeda?”

Entrok mengisahkan dua orang perempuan sebagai tokoh sentral, Marni dan Rahayu. Marni, seorang perempuan pemuja leluhur yang ulet dan berkemauan keras. Diawali dari keinginannya membeli entrok (pakaian dalam) yang saat itu hanya bisa dipakai orang kaya, ia memulai bisnisnya sendiri dan perlahan-lahan menjadi sukses. Rahayu adalah putri Marni, sebagai anak orang kaya ia berkesempatan mengecap pendidikan formal dan agama. Dari sanalah konflik antar ibu-anak ini bermula.

Namun, Entrok bukanlah novel tentang perang dingin antar ibu dan anak. Secara garis besar, Entrok bercerita tentang feminisme, sosial politik, dan teror Orde Baru terhadap rakyat kala itu, terutama dengan stigma PKI yang ditakuti. Tidak menurut dengan preman berseragam yang tak segan menyalahgunakan kekuasaannya, maka otomatis akan dituduh sebagai PKI. Novel ini adalah novel yang getir dan menguras emosi, dari awal hingga akhir sanggup membuat pembacanya mengurut kening. Namun juga sarat makna dan tentu saja, tidak boleh dilewatkan jika tertarik dengan isu-isu perempuan, sebab novel ini mengupas ketidakadilan terhadap perempuan dari berbagai lapisan.

4. RE: - Maman Suherman


“Panggil aku: Re:!”

“Pekerjaanku pelacur!”

“Lebih tepatnya, pelacur lesbian!”


Pertemuan dengan Re:, si pelacur lesbian, mengubah jalan hidup Herman. Semula, mahasiswa Kriminologi itu menganggap Re: sekadar objek penelitian skripsinya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya.

Kisah hidup Re: yang berliku menyeret Herman hingga jauh ke dalam. Herman terpaksa terlibat dalam sisi tergelap dunia pelacuran yang bersimbah darah, dendam, dan air mata.”

Kisah Re: ini sama seperti cover dan deskripsinya: gelap. Buku ini membahas lika-liku dunia malam dan prostitusi secara mendalam dan mendetail, yang lebih kejam dari apa yang biasa ada di benak orang banyak—sekedar gemerlap dan hura-hura. Meski berangkat dari penelitian skripsi penulis, kisah ini mengalir dengan apik dan natural. Tanpa membahas dari segi moralitas, buku Re: mencungkil nurani kita untuk memanusiakan manusia, terlepas dari apapun profesi dan status sosialnya. Hanya saja, perlu diingat bahwa novel ini bermuatan dewasa (prostitusi, pembunuhan, kekerasan, dan lain sebagainya) sehingga diharapkan kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam membaca.

“Pernah kutanya, adakah surga untuk Re: yang bergelimang dosa? Jawabmu, semua orang berkalung salah dan dosa. Tak ada yang bisa jangkau surga, kecuali karena ampunan-Nya!” -RE:

Itu dia rekomendasi novel yang cocok dibaca di Hari Perempuan Sedunia yang dapat memperluas wawasanmu tentang cerita perjuangan para perempuan hebat dari berbagai tempat maupun masa. Semoga dengan membaca novel-novel di atas dapat memperluas pandangan tentang kesamaan hak bagi perempuan untuk berekspresi, dihargai, dan mewujudkan mimpi. Selamat Hari Perempuan Sedunia!

Referensi:

Gramedia.com. (2021, 8 Maret). Rayakan Hari Perempuan Internasional dengan Baca Buku Rekomendasi Ini. Diakses pada 16 Maret 2021, dari https://www.gramedia.com/blog/rayakan-hari-perempuan-internasional-dengan-baca-buku-rekomendasi-ini/#gref.

Goodreads.com. (2020, 20 November). Bagus’s Review of Perempuan yang Menangis kapada Bulan Hitam. Diakses pada 11 Maret 2021, dari https://www.goodreads.com/review/show/3644255285.

Goodreads.com. (2013, 7 April). Alluna’s Review of Entrok. Diakses pada 11 Maret 2021, dari https://www.goodreads.com/review/show/584517164.


Komentáře


hari%20guru%202019_edited.jpg

Klub Jurnalistik Sekolah (KJS)

Klub Jurnalistik Sekolah MAN 4 Jakarta atau lebih dikenal sebagai KJS MAN 4 Jakarta merupakan ekstrakurikuler yang menampung minat dan bakat siswa/i MAN 4 dalam bidang jurnalistik.

Let the posts
come to you.

Thanks for submitting!

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • Pinterest

Let me know what's on your mind

Thanks for submitting!

© 

bottom of page